Setelah 1,5 tahun tinggal di kota Hannover, saya pindah ke
ibukota Jerman, Berlin. Kehidupan muslim dan suasana Ramadhan di Berlin tidak
kalah menarik dibandingkan Hannover, justru menurut saya lebih indah. Di Berlin
ada lebih dari 150 masjid, salah satunya masjid Al-Falah yang dikelola langsung
oleh orang-orang Indonesia.
Saat saya tinggal di Berlin, terutama tahun 2014, waktu
puasanya jauh lebih panjang dibandingkan saat saya masih berada di Hannover,
karena pada tahun 2014 bulan ramadhan berada di bulan Juli, dan waktu siang
terpanjang adalah di bulan Juni/Juli. Di bulan ini kami harus berpuasa dari
sekitar jam setengah 3 pagi sampai sekitar jam 10 malam, jadi waktu puasanya sekitar 19,5 jam. Tahun
2014 dan 2015 adalah tahun dimana ramadhan memiliki waktu siang terpanjang,
karena di tahun ini ramadhan berada di bulan Juni dan Juli.
Kelihatannya berpuasa lebih dari 19 jam merupakan hal yang
sangat sulit, tapi sebenarnya apabila kita menjalaninya dengan ikhlash semuanya
akan dimudahkan oleh Allah. Bahkan menurut saya, berpuasa 19 jam disini lebih mudah
dibandingkan berpuasa 12-13 jam di Indonesia. Saya justru lebih menikmati
ramadhan di Eropa.
Untuk berpuasa saat musim panas, mau tidak mau saya harus
mengubah pola hidup terutama pola tidur saya. Dimulai dengan berbuka sekitar
jam 2 malam, lalu dilanjut dengan shalat subuh sekitar jam 3 pagi, lalu setelah
itu tidur sampai jam 6-7, setelah itu saya harus berangkat kuliah/bekerja
sampai jam 3-4. Setelah ashar (sekitar jam 6 sore) disempatkan untuk tidur 1-2
jam, agar bisa fit saat shalat tarawih. Sekitar jam 10 maghrib pergi ke masjid
untuk shalat maghrib dan berbuka, dan dilanjutkan shalat isya‘ dan tarawih
sampai jam 12 malam lewat. Dan kembali lagi ke rumah sekitar jam 1 malam. Setelah
itu disempatkan tidur sampai jam 2 malam dan dilanjutkan sahur untuk hari
selanjutnya. Begitulah pola hidup selama bulan Ramadhan. Di akhir Ramadhan
waktunya lebih sedikit longgar karena waktu siangnya relatif lebih pendek.
Jujur saya sangat menikmati ramadhan saya di Berlin.
Terlebih banyak masjid yang menawarkan program-program menarik selama ramadhan,
seperti pengajian setelah subuh dan sebelum maghrib, daurah, program hafalan
Qur’an, dari yang berbahasa jerman sampai bahasa arab. Ada beberapa masjid yang
mengundang syekh-syekh dari Timur Tengah, misalnya Saudi, untuk mengisi
kajian-kajian selama bulan ramadhan. Sangat indah rasanya bisa bermajelis
dengan syekh-syekh tersebut, walaupun bahasa arab saya masih pas-pasan.
Masjid
favorit saya saat ramadhan adalah masjid Arrahman di Bezirk/kelurahan Wedding. Imamnya
adalah seorang hafidz Qur’an dan mahasiswa kedokteran yang berasal dari Yaman.
Suara beliau masyaAllah sangat merdu sehingga saya sangat betah shalat disana.
Tapi sayangnya tahun ini masjid ini harus ditutup, dikabarkan karena bermasalah
dengan pembayaran sewa gedung.
Saat 10
hari terakhir bulan ramadhan banyak masjid yang memfasilitasi i’tikaf, sehingga
kita bisa tidur di masjid. Mulai dari makanan berbuka sampai sahur disediakan
oleh pihak masjid. Saat beri’tikaf selain bisa fokus beribadah kita juga bisa
berkenalan dengan orang-orang muslim dari berbagai penjuru dunia.
Masjid
Al-Falah (masjid Indonesia) adalah salah satu masjid di Berlin yang aktif
mengadakan program-program ramadhan. Di masjid ini mahasiswa Indonesia setiap
hari bergotong royong memperisapkan buka puasa bersama, membersihkan peralatan memasak
bersama, sampai membersihkan masjid bersama-sama. Semua program ramadhan juga
diatur sendiri oleh mahasiswa Indonesia disini. Setiap ramadhan masjid Al-Falah
mengundang ustadz dari Indonesia untuk mengimami shalat tarawih dan mengisi
kajian-kajian disana.
Masih
banyak lagi cerita indah selama bulan ramadhan yang tidak bisa semuanya saya
tulis disini. Saya harap secuil pengalaman saya ini bisa menjadi pemicu
motivasi antum semua untuk memaksimalkan ibadah di bulan ramadhan.
wih pasti menyenangkan ya, berpuasa di kalangan minoritas, jadi lebih berkesan kayanya...
AntwortenLöschenhttp://www.tokoobatku.com/